Putus benang di sembung belati
Jadi untuk apa rindu ini
Jika sayapnya tidak bisa terbang jauh
Adakah desir angin padang
Mendengar keluhan hatiku?
Jantungku terus membeku
Lidahku terus membisu
Sebutir cintaku yang hilang
Sedihnya tertambak di dada
Kelip-kelip kusangka api
Kalau api mana sumbunya?
Kalau ungu warna pilu
Cinta tentu biru warnanya.
Kalau biru warnanya cinta
Rindu apa pula warnanya
Ingin sekali aku menyambut pagi
Dengan membuang seluruh sepi
Telah aku ciptakan sebuah puisi
Namun kau tetap tidak mengerti
Depan kelabu dan pedih memilu
Waktu-waktu bukan lagi temanku
Mengapa untuk mengagungkan cinta
Selalu harus diebus dengan duka lara
Dingin malam membungkus rindu
Hangat siang menebar resah
Menunggu hujan berhenti
Berharap badai segera usai
Ku terlena dalam pelukan angin
Ku dakap sukmamu dalam mimpi
Kubertanya kepada mu
"Mimpi, indahkah kau malam tadi?"
Setiap waktu engkau tersenyum
Sudut matamu memancarkan rasa
Kalau benci puan memandang
Keratlah saya dengan pedang!
Berjalan melintasi gelap malam
Berlari mengharung dingin pagi
Bercerita tentang sepasang burung
Yang berpacaran di atas bibir kali
Rindu itu tetap bergayut di dada
Resah itu tetap melekat di hati
Sinar di matamu senyum di bibirmu
Melakar seribu rasa
Menunggumatahari bangun dari tidur
Menanti rembulan mewarnai malam
Anak-anak angsa putih berlari
Menyapa dengan warna jernih
Kaki-kaki burung berdansa
Putik-putik kembang menyanyi
Yang terucap dalam bahasa terindah:
"aku sayang kamu…"
Menyeberanngi laut menjelajahi awan
Menembusi langit dan bintang-bintang
Kalau cinta itu ada sayapnya
Singgahlah di pinggir hatiku
Tuangkan rasa cinta itu
Tuangkan sejujur-jujurnya
Cinta yang selembut awan
Manis tersimpan dalam hati
Bulan bagaikan malu-malu
Mengintai bintang di sebalik awan
Bagaikan angin dingin
Cinta jua sejuk tak berwarna
Kalau takut luka di tangan
Jangan memetik bunga di tangan
Dalam kelam mata ini
Duka ku panas terbakar
Lembutnya bagai sutera
Bersinar bak mutiara
Terpedaya kerana rindu sendu
Cinta lara jadi tangisan hati